Selasa, 25 Agustus 2009

GAMPONG ANEUK

Konflik bersenjata dan bencana tsunami yang memporakporandakan Aceh telah berlalu. Di Bumi Teuku Umar ini, jutaan anak pernah menjadi korban. Tawa ceria yang pernah terampas dan ketakutan berkarat, pupus sudah. Kegiatan Gampong Aneuk memberi harapan baru. Jauh hari, ketika dengungnya telah terdengar, mengukir kembali keceriaan itu.

Diinisiasi oleh YAYASAN KKSP – Pusat Pendidikan dan Informasi Hak Anak, bekerja sama dengan Terre des Hommes GERMANY. Gampong Aneuk ini, menjadi tempat anak-anak bermain, berkreativitas, berpartispasi secara penuh dan menyampaikan aspirasinya. Besarnya MANFAAT pelaksanaan Gampong Aneuk, menjadi alasan Terre des Hommes, mendukung penuh pelaksanaannya. Di sinilah, kini anak-anak yang berasal dari pelajar dan anak jalanan di wilayah Aceh dan Sumatera Utara berada, di daerah danau buatan Geunang Geudong, Desa Putim, Kecamatan Kaway XVI, Kabupaten Aceh Barat.

Langit biru Aceh menaungi hamparan luas tanah lapang berbukit. Puluhan tenda telah selesai berdiri, siap untuk dihuni, lima (enam) ratusan anak, yang akan menjadi peserta kegiatan anak ini. Jauh dari riuh rendah kebisingan kota, setenang Danau Geunang Geudong di sebelah selatannya. Satu persatu, rombongan peserta yang berasal dari berbagai daerah di Nanggroe Aceh Darusalam (NAD) dan Sumatera Utara datang, dengan senyum penuh harap, menyambut keceriaan yang akan mereka peroleh selama 4 hari kegiatan. 12 hingga 5 Januari 2009.

Anak sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat, sering sekali terabaikan hak-haknya, Selain dianggap tidak punya hak suara, anak juga sering dianggap tak punya hak bicara, kebenaran yang ada di masyarakat adalah kebenaran orang-orang dewasa.Tetapi tidak di kampung anak! Setiap anak punya hak untuk menyampaikan aspirasinya.

Seperti pada hari pertama acara pembukaan Gampong Aneuk, yang dihadiri Menteri Negara Peberdayaan Perempuan Republik Indonesia, Meutia Hatta Swasono, empat puluhan anak, menyampaikan persoalan sehari-harinya kepada menteri. Bukan hanya itu saja, pemilihan perangkat desapun dilakukan oleh anak. Anak-anak yang terbagi ke dalam tujuh dusun, diberi haknya untuk menentukan pilihan, siapa yang akan wakilnya di pemerintahan Gampong Aneuk.

Hingga akhirnya, terpilihlah Arma Yulisa sebagai Kepala Desa atau Geuchik Gampong Aneuk 2009, Siswa SMU Negeri 1 Meoulaboh ini terpilih lewat musyawarah mufakat kepala-kepala dusun anak di Gampong Aneuk.

Selain dilatih untuk bersikap kritis dan berani menyampaikan gagasan, anak-anak di Gampong Aneuk juga dilatih menjadi pribadi yang mandiri. Tidak menjadi rapuh, cepat menyerah, atau menggantungkan diri kepada orang lain. Tetapi berupaya beradaptasi dan bekerjasama dengan teman-teman baru dari berbagai daerah. Bekerja sama dan bersahabat. membuat permasalahan terasa ringan, Sulitnya mendapatkan air, sanitasi yang tidak kondusif, antri selama bermenit-menit untuk sekadar mandi, tidur di dalam tenda di lapangan terbuka, dan teriknya matahari Meoulaboh tak jadi masalah. Semuanya terbalut sempurnan, dalam keceriaan khas anak-anak. Bermain bersama, menikmati banyak kesempatan yang telah terlewatkan, yang terenggut sistem dan keadaan.

Dua hari sudah kegiatan berlangsung, tidak ada wajah bosan menghiasi wajah peserta. Kegembiraan demi kegembiraan terus tumpah, Geunang Geudong dipenuhi tawa lepas anak-anak. Teriak gembira saat meluncur di arena out bond, senyum puas ketika kreativitas tarian mereka disambut tepuk tangan kawan-kawannya. Sebuah penghargaan yang terkadang jarang mereka dapatkan dari lingkungan sekitarnya.

Berlarian di bukit menunggu kesempatan menjelajahi keluasan Danau buatan Geunang Geudong/ meluncur di atas permukaan airnya dengan speedboat. Itulah anak-anak, hal-hal sederhana sekalipun dapat membuat bahagia. Pengalaman-pengalaman baru mewujud kenangan tidak akan terlupakan seumur hidupnya. Selain memberikan hak anak untuk bermain, kesempatan anak mengembangkan diri sesuai dengan bakat dan talentanya juga tak terlewatkan. Tak ada paksaan, setiap anak bebas menentukan apa yang ingin ia lakukan.

Berbagai kegiatan pengembangan bakatpun digelar, Seperti workshop musik dan workshop melukis. Di kegiatan ini setiap warna dan goresannya mewakili pikiran anak. Setiap bait lagu yang terucap, setiap irama yang tercipta, semuanya adalah wujud pribadi anak. Tak ada anak tanpa bakat, tak ada anak yang tercipta sia-sia. Setiap mereka punya tugas untuk masa depan bangsa. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Demi menumbuhkan semangat kebangsaan, anak-anak tak lupa diperkenalkan kepada ketokohan Teuku Umar lewat tour situs bersejarah ke Makam pahlawan nasional ini.

Gampong Aneuk hampir usai. Sebuah pawai yang manis menutup kebersamaan mereka kali ini. Dari kantor bupati Aceh Barat, Longmarch dimulai melewati Jalan Gajah Mada, kemudian berbelok ke Jalan Manekro, Jalan Swadaya dan kembali ke Jalan Gajah Mada. Mereka menyebutnya pawai perlindungan anak. Berbagai poster perlindungan anak dan hak-hak anak didemonstrasikan, dengan harapan, sebuah kesadaran tentang hak-hak anak tertanam di masyarakat Aceh Barat.

Tak terasa empat hari sudah anak-anak menjalin kebersamaan. Tak ada perbedaan yang membatasi persahabatan, pelajar, anak jalanan, berapapun usianya, mereka kini adalah teman.

Gampong Aneuk yang baru pertama kali diadakan ini, semoga membawa angin segar bagi pemenuhan hak-hak anak di di Indonesia. Bagaimanapun juga, suksesnya acara kali ini tidaklah akan bermakna tanpa sebuah tindak lanjut dan tindakan yang nyata. Di masa mendatang, berbagai pembenahan pun perlu dilakukan. Kerjasama pemerintahan lokal dan instansi terkait juga perlu ditingkatkan. Tentunya demi tercapainya sebuah cita-cita, masa depan yang lebih baik bagi anak-anak di Indonesia.

Produksi film ini berlokasi di Geunang Geudong, Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Nanggroe Aceh Darussalam. Film ini menggunakan sub tittle English. Durasi 31 menit / produksi 2009.

Tidak ada komentar: