Kamis, 11 Juni 2009

ULOS BATAK

Jari-jari lentik lincah menyusur benang aneka warna. Seirama tak tuk bunyi gedokan, satu persatu benang tersimpul dalam sebuah ikatan harmoni, membias warna artistic. Gelora cinta bangsa adalah musiknya membawa tarian hingga ke puncaknya. Inilah tarian jemari penenun ulos, karya adiluhung simbol kehidupan masyarakat batak.

Kabupaten Tapanuli Utara yang berpenduduk 398.000 jiwa, adalah salah satu penghasil ulos terbesar di Sumatera Utara. Tarutung, yang dikenal sebagai kota tenun merupakan ibukota kabupaten. Jaraknya lebih kurang 283 kilometer dari kota Medan. Lebih dari tiga ribu penduduknya, adalah penenun ulos dan songket Tarutung. Pasalnya, ulos memang bukan sekadar warisan budaya. Menenun ulos membutuhkan keahlian, yang diwariskan turun-temurun.

Keahlian ini diwariskan pada remaja perempuan, saat menginjak masa akil baliqnya. Mereka hidup, menggantungkan harapan pada jumlah ulos yang mereka tenun setiap bulannya. Sebagai industri kerajinan tangan, ulos terus berjaya memenuhi kebutuhan hidup para pengrajinnya, walaupun mengalami masa pasang surut. Ada masa-masa ketika situasi menjadi rumit, saat produksi terus berjalan, sementara permintaan semakin sedikit, maka ulos hanyalah sebuah keniscayaan. Para penenun mulai menjerit, Tekanan bukan hanya datang dari kebutuhan hidup sehari-hari. Harga jual tidak terkendali, hasil produksi terkesan asal-asalan, sementara para penampung ulos memberi harga semaunya dan tidak ada patokan harga.

Untuk mempertahankan posisi tawar, perlu dilakukan sebuah inovasi. Kuncinya adalah meningkatkan kualitas penenun local, dan melahirkan generasi kedua, ulos sebagai produk fashion. Ulos di ruang publik, bukan milik upacara adat saja. Kini industri kerajinan tangan ulos kembali bergairah. Meski sempat lesu dan tidak menjanjikan, ratusan penenun binaan Torang kian optimis. Produk masa lalu ini mengambil peran dalam menopang kekinian.

Ulos dan produk budaya lainnya perlu ruang. Mereka adalah identitas daerah, warna lokal yang bila dikemas dengan bijak dapat menjadi daya tarik khas Sumatera Utara.

Mimpi kejayaan ulos memberi sinar di pelupuk mata Kabupaten Tapanuli Utara. Menenun harapan, membingkai tawa seindah benang-benang warna pelangi, mendesain aman kearifan budaya Sumatera Utara dari momok bernama kepunahan.

Director Andi Hutagalung Reporter Eka Rehulin Cameraman Andi Hutagalung Team Creative Agus, Very, Eka Rehulin, Onny Kresnawan Editor Andi Hutagalung Narattor Miranti Soejipto Hirctmann design cover Eric Murdianto illustrasi music Viktor Hutabarat “Horas Tano Batak”, Viki Sianipar, Kitaro “Silk Road”. Produksi film ini selama 7 hari, yang mengambil lokasi di Kota Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara.

Film ini diikut sertakan dalam Dokumentary Competition Dipenda Pemprov Sumut 2009 yang bekerjasama dengan Forum Jurnalis Medan berthemakan “Menggali Potensi Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Sumatera Utara”. Durasi 9 menit/ produksi copyright@2009,

Klik video http://www.youtube.com/watch?v=LVIqdOSgCpU.