Kamis, 04 Februari 2010

FESTIVAL FILM PENDEK DISPUDPAR SU 2009

Semoga langkah awal membangkitkan kembali industri perfilman ini terus berkembang untuk memberi edukasi dan informasi kepada masyarakat tentang kebudayaan dan pariwisata Sumatera Utara,” ujar Sudarno, Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Utara yang juga Ketua Pelaksana Festival Film Pendek se-Sumatera Utara mewakili Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Utara, Ir. Hj Nurlisa Ginting saat menutup kegiatan, Selasa (8/12).

Lebih lanjut dikatakan Sudarno, Festival Film Pendek se-Sumatera Utara tersebut bertujuan menggairah dunia industri perfilman di Sumatera utara. Mengingat Sumatera utara dulunya dikenal sebagai industri perfilman yang mampu berkiprah di tingkat nasional.

Apalagi berbagai lokasi dan objek pariwisata yang tersebar di Provinsi Sumatera Utara selalu menjadi lokasi syuting beberapa film nasional yang diputar di layar lebar.

Didit Mahadi Kadar menambahkan Festival Film Pendek se-Sumatera Utara itu dapat memacu kreativitas para generasi muda di Sumut untuk membuat, menampilkan hasil karya terbaiknya dalam bentuk film. Hasil produksi film tersebut nantinya akan diputar di berbagai lokasi kegiatan dan acara sehingga dapat mengedukasi masyarakat mengenai kekayaan kebudayaan dan pariwisata Sumatera Utara.

Sehingga apa yang menjadi tujuan dari festival film ini, dapat memacu kebangkitan industri perfilman Sumatera Utara sekaligus disejajarkan dengan daerah kota besar lainnya di Indonesia.

“Festival Film Pendek Se Sumatera Utara ini diikuti 20 peserta dengan berbagai karya terbaik. Semoga apa yang disampaikan dalam film-film hasil produksi dari peserta yang terlibat dapat bermanfaat bagi kemajuan industri perfilman dan meningkatkan citra kebudayaan dan pariwisata di Sumatera Utara,” kata Didit Mahadi Kadar.

Dalam festival film pendek itu, yang berhasil menempati posisi petama dengan judul Omohada produksi Silhovet, kedua dengan judul “Pantang Dijaring Halus” produksi Ridho Golap, peringkat ketiga dengan judul “Ulos Batak untuk Indonesiaku produksi ANDI HUTAGALUNG”, peringkat keempat dengan judul “Kurang Lebih 24 Jam” terbaik empat, “Cintaku Di Kota Medan” peringkat lima, “Jejak Sang Putri” peringkat enam, “Ketika Danau Toba Mulai Meredup” peringkat tujuh, “Berburu Merlin ke Pulau Asu” peringkat delapan, “Medan Tempo Dulu” peringkat sembilan dan “Buaya-Buaya Asam Kumbang” peringkat sepuluh.

Sinopsis:
Ulos Batak untuk Indonesiaku,
Hidup berabad lamanya di Tanah Batak, karya adiluhung leluhur, Ulos terus berjuang melawan zaman. Lebih dari 3000 masyarakat Tapanuli Utara menggantungkan hidup dari sektor industri kerajinan tangan ini. Sayangnya, Ulos masih kalah popular dibandingkan produk tenunan lainnya. Modifikasi ulos di dunia fashion seperti yang dilakukan Torang MT Sitorus membangkitkan kembali semangat penenun-penenun Ulos di Tapanuli Utara. Menjadikan pula Ulos cenderamata khas Sumatera Utara dan ikon budaya Sumatera Utara di sebuah sentra kesenian tenun. Terutama melestarikan aset bangsa.

FILM ULOS BATAK IKUT MERIAHKAN MEDAN FASHION TREND 2010

Film Ulos Batak untuk Indonesiaku (Harapan Warisan Dulu) produksi ANDI HUTAGALUNG tahun 2009 ikut meriahkan Medan Fashion Trend 2010 yang membuat kagum pengunjung. Pada kegiatan yang baru pertama kali dilaksanakan ini merupakan kerjasama Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Sumatera Utara dengan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Sumatera Utara dan didukung Dinas Pariwisata Sumatera Utara, yang dilaksanakan pada tanggal 28 Januari 2010 bertempat di Hotel JW Marriott, Medan, yang di hadiri oleh Ketua Dekranasda Sumut Hj. Fatimah Habibie Syamsul Arifin, Ketua APPMI Sumut Nilawati Iskandar, Hartono Gan selaku wakil ketua APPMI Sumut, Saurma selaku Dewan Kehormatan, dan Kabid Seni dan Budaya Disbudpar Sumut Hj. Cut Umi. menampilkan puluhan desain terkini dari lima top fashion designer dari Jakarta dan sembilan lokal fashion designer.

Medan Fashion Trend 2010 juga menampilkan karya tenun para penenun khas daerah se-Sumatera Utara, dan karya 5 perancang top fashion desainer dari ibukota, 9 fashion desainer Sumut. Jadi, sesuatu yang menarik bukan saja bagaimana anggota APPMI menampilkan fashion tendance yang menjadi acuan kecenderungan mode tahun 2010 ini.

“Harapan pagelaran event ini nantinya bertujuan menambah daya tarik wisatawan berkunjung ke daerah Sumatera Utara,” ungkap Nurlisa menyatakan dukungannya kepada Panitia Pelaksana Medan Fashion Trend 2010 (MFT 10) dan Pengurus Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Sumatera Utara. (kofi52)